Terima kasih sudah berkenan Bantu Share
Personal BLOG | Jika berbicara terkait dengan Presiden Termiskin di Dunia, saya sering kehabisan kata ketika berdiskusi dengan orang-orang yang menganggap bahwa di dunia ini tidak mungkin ada Presiden yang berani hidup sederhana. Bahkan termasuk mereka yang katanya mengaku pandai dalam beragama. Mereka yang mengaku justru tidak percaya jika di dunia ini masih ada Presiden Miskin.
Mereka yang tidak percaya adanya Presiden yang miskin di zaman sekarang ini, mungkin mereka hanya berfikir tentang presiden kebanyakan yang hanya bergaya hidup mewah layaknya Presiden-presiden lainya.
Padahal sebagai seorang yang beragama bukankah seharusnya memberikan contoh dan teladan yang sebaik-baiknya bukan justru memperkaya diri sendiri.
Saat saya pernah sesekali memberikan contoh supaya para pemimpin di negeri ini supaya hidup sederhana layaknya gaya hidup nabi dan para sahabat nabi, mereka menyangkal tidak mungkin ada Presiden yang mau hidup sederhana seperti para Nabi dan Sahabat.
Tapi ternyata, buktinya di negera bernama Uruguay ada Presiden yang dikenal sebagai Presiden paling hidup sederhana di Dunia. Dialah Jose Mujica.
Jose Mujica merupakan Presiden Termiskin di Dunia. Untuk mengetahui profil Jose Mujica yang dikenal sebagai Presiden Termiskin di Dunia, Berikut ini kisah Presiden termiskin di Dunia berikut ini yang saya kutip langsung dari detikNews (28/1/13).
Presiden Uruguay, Jose Mujica (77) merupakan seorang Presiden Termiskin di Dunia. Walau dirinya tetap mengambil gajinya sebagai presiden, namun dia menyumbangkan 90 persen gajinya untuk beramal.
Karena aksi sosialnya yang luar biasa ini dan dianggap langka ini membuatnya dijuluki ‘Presiden Termiskin di Dunia‘.
Jose Alberto Mujica Cordano, demikian nama lengkapnya, menjadi Presiden Uruguay sejak tahun 2010. Sebelumnya, mantan gerilyawan sayap kiri ini menjadi Menteri Pertanian, Peternakan dan Perikanan dari tahun 2005-2008, kemudian menjadi Senator.
Gaya hidup sederhananya menjadi sorotan dan perhatian dunia. Gaji Mujica sebagai presiden per bulan adalah US$ 12 ribu atau Rp 116 juta. Mujica mengambilnya, namun menyumbangkan 90-an persen penghasilannya untuk beramal kepada warga yang miskin dan membutuhkan. Mujica hanya menyisakan US$ 800 atau Rp 7,7 juta gajinya, nyaris seperti rata-rata pendapatan per kapita Uruguay, US$ 775 atau Rp 7,5 juta, demikian dilansir dari New York Times dan BBC.
Nah, gaya hidup seperti apa yang Mujica lakoni dari gaji yang disisakan ‘hanya’ US$ 800 per bulan di Uruguay?
Mujica tinggal di rumah peternakan milik istrinya di pinggiran Montevideo. Alih-alih seperti Istana, rumah peternakan ini bisa dibilang bertipe ‘RSS’ alias rumah sangat-sangat sederhana. Cucian tampak tergantung di luar rumahnya, tampak sumur di halaman rumahnya yang ditumbuhi rumput liar. Dari sumur itu sumber air rumah tangga Mujica terpenuhi.
Jangan bayangkan pula ada sekompi Paspampres berjaga ketat. Rumah Mujica hanya dijaga 2 orang polisi serta beberapa anjing milik Mujica, salah satunya Manuela yang berkaki tiga. Jangan bayangkan pula ada kepala pelayan atau kepala rumah tangga yang bisa melayani dan memasak apa saja seperti layaknya rumah kepala negara.
Mujica dan istrinya bekerja sendiri memenuhi kebutuhan mereka. Termasuk menggarap tanah pertanian mereka dengan bercocok tanam bunga krisan untuk dijual. Maklum, profesi asli Mujica adalah petani.
Pada tahun 2010, saat menjadi presiden, Mujica wajib melaporkan harta kekayaannya, semacam Laporan Hasil Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) di Indonesia. Ternyata, diketahui kekayaannya berjumlah US$ 1.800 atau Rp 17,4 juta, itu pun ‘hanya’ nilai dari mobil VW Kodok lawas tahun 1987 miliknya.
Tahun 2012, Mujica menambahkan aset-aset milik istrinya, Lucia Topolansky, yang juga mantan gerilyawati yang sekarang menjadi Senator. Penambahan aset itu berupa tanah, traktor dan rumah hingga kekayaannya menjadi US$ 215 ribu atau Rp 208 juta.
Kekayaan ini hanya dua per tiga dari kekayaan wakilnya Danilo Astori dan sepertiga kekayaan presiden sebelumnya Tabare Vasquez.
“Saya mungkin terlihat sebagai manusia tua yang eksentrik. Namun ini adalah pilihan bebas. Saya telah hidup seperti ini di sebagian besar hidup saya. Saya bisa hidup dengan baik dengan apa yang sudah saya punya,” kata Mujica seperti dilansir dari BBC.
Saat menjadi gerilyawan, Mujica memang akrab dengan lingkungan yang keras, tertembak 6 kali dan dipenjara 14 tahun. Sebagai tahanan politik, dia kemudian dibebaskan pada 1985. Tempaan hidup yang keras ini membantu membentuk pandangan dan cara hidupnya.
“Saya dijuluki ‘presiden termiskin’, tapi saya tidak merasa miskin. Orang miskin itu adalah mereka yang hanya bekerja untuk memenuhi gaya hidup yang mahal, dan selalu ingin lebih dan lebih. Ini hanyalah masalah kebebasan, jika Anda tak memiliki banyak keinginan, Anda tak perlu bekerja seumur hidup seperti budak untuk memenuhinya. Dan dengan begitu Anda memiliki lebih banyak waktu untuk diri sendiri,” tutur Mujica.
Mujica juga seorang vegetarian, dan dia sangat mendukung kebijakan penggunaan energi terbarukan seperti tenaga angin dan biomassa. Namun ada juga kebijakannya yang kontroversial seperti legalisasi ganja dan aborsi.
Di balik kebijakannya yang kontroversial itu, sekali lagi Mujica menegaskan bahwa gaya hidup seperti ini adalah pilihan hidupnya. “Ini adalah suatu pilihan bebas,” tutur pria kelahiran 20 Mei 1935 ini.
Dari membaca kisah ini sudah terbukti bahwa di dunia ini masih ada orang-orang baik. Walau mereka bukan seorang nabi, tapi tidak ada salahnya pemimpin-pemimpin di negara lain termasuk di Indonesia untuk belajar dari Presiden Urugay ini.
Bukankah seorang pemimpin memang harus mengedepankan kesejahteraan rakyat yang dipimpinya dahulu?
Bukan justru memperkaya diri sendiri dengan berjuta kemewahan bahkan hingga nambah Istri lagi daripada harus mensejahterakan masyarakatnya?
Jika kalian apra pemimpin negeri ini mengaku sebagai seorang yang beragama, setidaknya tunjukanlah dengan perilaku dan gaya hidup anda jika anda sebagai pemimpin memang orang-orang yang taat dengan ajaran agama anda.