Bedanya Cara Berfikir Pustakawan dan Pedagang

Terima kasih sudah berkenan Bantu Share

Perbedaan yang sangat mencolok antara pustakawan dan pedagang terletak pada “Cara Berfikir” saat perpustakaan yang di kelola seorang pustakawan sepi pengunjung dan dibandingkan dengan Cara Berfikir seorang Pedagang yang mengalami Sepi Pembeli.

Dalam Kondisi yang secara situasi sama-sama tidak ada pengunjung dan pembeli, tapi lihatlah fakta yang masih sering terjadi Cara berfikirnya sangat berbeda.

Seorang Pustakawan, ketika pengunjung perpustakaan sepi dan berkurang, yang paling sering dilakukan oleh banyak pustakawan (TIDAK SEMUA) selalu MENYALAHKAN MASYARAKAT dengan kalimat, “Minat baca masyarakat Rendah”. Hanya sedikit pustakawan ketika pengunjung perpustakaan rendah atau menurun kemudian pustakawan melakukan evaluasi kedalam dirinya juga perpustakaan yang mungkin saja memang masih banyak kekurangan sehingga pengunjung perpustakaan sedikit.

Misalnya dengan cara mencoba mengevaluasi dengan beberapa pertanyaan, apakah saya sebagai pustakawan sudah memberikan pelayanan yang baik kepada pengunjung perpustakaan ?

Apakah buku-buku di perpustakaan sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat ?

Apakah ruang baca perpustakaan sudah nyaman untuk para pengunjung perpustakaan?

Apakah penataan rak buku dan desaign interior perpustakaan sudah dibuat menarik dan sebaik mungkin?

Apakah perpustakaan sudah sering melakukan promosi tentang keberadaan perpustakaan tersebut kepada masyarakat banyak ?

Dan saya pikir masih banyak sekali pertanyaan yang seharusnya diajukan dan dijawab sendiri oleh pustakawan sehingga yang terjadi TIDAK HANYA MENYALAHKAN MASYARAKAT DENGAN MENGATAKAN MINAT BACA RENDAH !

Hal ini sangat berbeda ketika yang berikir adalah seorang Pedagang (produsen) yang sedang sama-sama tidak memiliki pelanggan (konsumen).

Seorang pedagang (produsen) ketika produk yang mereka jual tidak laku maka yang dilakukan tidak pernah menyalahkan masyarakat (konsumen) yang kemudian bilang, “masyarakat disini seleranya rendah”. Jika ada pedagang yang berfikir seperti itu, maka yakinlah usahanya pasti gak akan laku dan masyarakat justru akan menyebarkankan ke banyak orang supaya jangan membeli produk yang dijual oleh pedagang tersebut.

Kebanyakan pedagang ketika produk yang mereka jual tidak laku, biasanya mereka selalu koreksi kepada dirinya sendiri dan produk yang mereka jual dengan berbagai pertanyaan, misalnya; apakah kwalitas rasanya memangkurang enak ? Apakah karena kurang kreatif dalam mengemasnya ? apakah karena tempatnya kurang strategis? apakah karena harganya terlalu mahal ? dan masih banyak pertanyaan yang lainya yang itu ditujukan ke dirinya sendiri yang kemudian akan terus memperbaiki kwalitas produk yang dia jual.

Melalui tulisan ini penulis hanya ingin mengajak kepada para pustakawan dan pengelola perpustakaan dimanapun berada, untuk merubah cara berfikir yang tadinya selalu menganggap dan menyalahkan masyarakat dengan mengatakan Minat Baca Masyarakat Rendah. Mulai sekarang harus dirubah cara berfikirnya dengan berusaha selalu memperbaiki diri dalam memberikan pelayanan, memberikan koleksi buku yang berkwalitas, promosi dan sosialisasi ke masyarakat lebih sering dilakukan, ruang baca yang nyaman, lokasi yang mudah dicapai, dan masih banyak lagi perbaikan-perbaikan yang itu bisa membuat masyarakat suka membaca dan berkunjung ke perpustakaan.

Satu yang pasti dan penulis berfikir pasti semua sepakat bahwa “Produk” yang di kelola dan di tawarkan (“dijual”) oleh pustakawan adalah produk yang teramat sangat berkwalitas dan bermanfaat untuk semua orang karena yang dikelola dan di tawarkan seorang pustakawan adalah ILMU PENGETAHUAN.

Jika cara berfikir kita sudah sampai disana, maka yang harus kita lakukan adalah bagaimana para pustakawan sebagai seorang pengelola dari ilmu pengetahuan tersebut bisa terus memperbaiki diri dengan cara apapun (selama itu positif) untuk mengajak masyarakat “MENGKONSUMSI” Ilmu pengetahuan yang dikelola oleh para pustakawan.

Penulis juga berharap ketika anda sudah membaca tulisan ini, cara berfikir kita rubah dengan yang tadinya selalu menyalahkan minat baca masyarakat rendah, dan sekarang kita rubah, kekurangan apa yang masih ada di perpustakaan sehingga pengunjung perpustakaan menjadi sepi ?

Semoga media nasional juga harus merubah bahasa pemberitaan mereka jika yang tadinya seringkali menyalahkan masyarakat dengan bahasa minat baca masyarakat, mulai sekarang mari kita coba kritisi dan evaluasi serta perbaiki diri apa yang masih kurang di perpustakaan sehingga minat baca menajadi rendah.

Media juga harus lebih aktif lagi dalam mengungkap kasus korupsi pengadaan buku di perpustakaan, proyek pembangunan perpustakaan, pemotongan dana anggaran untuk perpustakaan yang sangat mungkin masih banyak terjadi di Indonesia yang belum terungkap oleh media. Karena diakui atau tidak, korupsi dalam bidang anggaran perpustakaan juga mempengaruhi kemajuan perpustakaan di Indonesia.

Terima kasih sudah berkenan Bantu Share

About Ari Suseno

Anak petani, Publisher Google, YouTube, Affiliate (2004 - Sekarang). Jika anda ingin belajar membuat blog, website, Google Adsense, Affiliate, ngembangin channels YouTube kamu. Dengan senang hati siap berbagi ilmu, selama saya mampu dan bisa :-)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *