Terima kasih sudah berkenan Bantu Share
Saya sendiri belum membaca seutuhnya dari buku yang dijadikan kontroversi tersebut. Namun membaca penjelasan yang di beritakan oleh detik.com yang berjudul “Kisah Bang Maman & Istri Simpanan di Buku Kelas 2 SD” sangat jelas memang sangat tidak layak untuk di konsumsi oleh siswa kelas 2 SD.
Saya sendiri bekerja di sebuah lembaga yang menyerukan tentang budaya gemar membaca yang baru-baru ini bertugas di daerah Kabupaten terluar Indonesia yaitu di Kepulauan Anambas. Saya jadi membayangkan seandainya anak didik kita diberikan bahan bacaan yang sangat tidak sesuai itu secara psikologis tentunya akan berpengaruh buruk terhadap anak-anak.
Padahal sebenarnya di Indonesia saat ini buku-buku edukasi sudah mulai berkembang dengan baik. Seperti halnya buku-buku tentang Sains yang diterbitkan oleh salah satu penerbit ternama mengemas buku mereka dalam bentuk komik sains.
Pada saat saya tawarkan ke anak-anak di daerah Kabupaten Anamabas tersebut buku-buku tentang komik sains tersebut sangat digemari. Bahkan dalam buku-buku tersebut berisi juga tentang eksperimen sehingga anak-anak bertambah wawasan bukan hanya secara bacaan tapi juga mempraktekan.
Jika mengamati beberapa kasus terkait koleksi buku di setiap sekolah, yang harus diperketat mungkin sistem lelang atau proses pengadaan buku tersebut. Soalnya di beberapa sekolah sudah banyak kasus dimana jika sebuah penerbit menawarkan buku ke sekolah selalu menawarkan bonus (hadiah) kepada pihak sekolah sehingga kwalitas buku tidak diutamakan.
Belajar dari kasus ini tentunya pihak sekolah harus bertindak lebih selektif lagi dalam hal pengadaan buku. Para orang tua juga harus berperan untuk selalu mengontorl dan mengawasi buku-buku yang di sekolah apakah sesuai dengan anak mereka atau tidak. Jika memang dinilai tidak sesuai jangan segan atau takut untuk melapor ke pihak sekolah.
Secara pribadi penulis turut prihatin atas masalah ini…