Terima kasih sudah berkenan Bantu Share
Saat saya bicara seseorang warga di kampung mencuri ayam, semua orang pastinya akan memiliki satu kesepakatan bahwa perbuatan mencuri ayam tersebut adalah perbuatan yang SALAH.
Bahkan si pencuri ayam tersebut juga pasti jika ditanya dirinya tahu jika mencuri ayam adalah perbuatan yang salah.
Namun saat kita bicara kasus korupsi, seeorang koruptor yang sudah ketahuan, bahkan terbukti korupsi lengkap dengan saksinya, belum tentu mereka mau mengakui jika apa yang sudah dia lakukan disebut sebagai perilaku korupsi.
Faktanya, hampir rata-rata koruptor di Indonesia seolah kompak untuk tidak mengakui jika mereka tidak korupsi. Lebih hebatnya lagi, mereka masih tetap memiliki pengikut dan pendukung sekaligus pembela yang akan tetap mendukungnya.
Akibatnya, si koruptor ini akan selamanya merasa menjadi orang yang selalu benar, bahkan saat sudah dipenjara sekalipun, mereka akan tetap merasa jika mereka adalah benar.
Jika perlu, walaupun di pengadilan bukti dan saksi sudah jelas-jelas membuktikan dirinya korupsi, di depan pengikutnya, dirinya akan bilang jika dirinya hanyalah korban politik, fitnah, dan sejenisnya.
Lebih gilanya lagi, para pendukungnya tetap percaya si koruptor dan menutup mata atas semua bukti dan saksi yang tak terbantahkan di pengadilan.
Kalau bicara hal lain misalnya,
Semua agama pasti sepakat bahwa perbuatan seperti menghina orang lain, mencela orang lain, menyebarkan kebencian kepada orang lain, pemarah, tukang fitnah, dan sejenisnya adalah perbuatan yang SALAh dan buruk.
Namun faktanya, di sosial media kita begitu mudah menemukan orang-orang berperilaku buruk tersebut, tapi dengan bangganya dirinya adalah orang yang paling benar.
Bahkan terkadang atas nama agama sekalipun, dengan beraninya mereka sebarkan kebencian dan permusuhan di sosial media, hanya karena perbedaan pemikiran saja.
Jika sudah melihat kondisi ini, anda jangan terkejut jika di sosial media, mulai dari politikus, maupun tokoh-tokoh kontroversial lengkap dengan pasukanya di sosial media, akan selalu dan terus merasa benar dalam hal yang memang masih kontroversi.
Jadi jangan heran saat ada isu-isu kontroversial, mereka aan selalu berani nongol di barisan terdepan jika mereka dan kelompoknyalah yang merasa paling benar.
Tidak hanya merasa paling benar, perbuatan mereka akan disempurnakan dengan disertai dengan hinaan, celaan, dan makian terhadap yang berseberangan pemikiran dengan mereka.
Kondisi ini sudah seharusnya dihentikan jika kita tidak ingin, orang-orang yang sudah dipastikan jelas-jelas sedang menunjukan perilaku yang salah, tapi ternyata justru selalu merasa paling benar sendiri.
Salah satu untuk menghindari agar tidak menjadi bagian dari mereka [orang yang salah tapi merasa paling benar], kurangilah membaca berita-berita atau isu-isu kontroversi, karena disanalah biasanya orang-orang tersebut akan beramai-ramai berkumpul dan sibuk saling hina dan saling cela di sosial media.
Daripada melihat yang demikian, lebih baik bacalah status-status maupun tulisan di sosial media yang memberikan manfaat dan kebaikan serta membawa ketentraman dalam diri kita.