Terima kasih sudah berkenan Bantu Share
Dokter Aisah Dahlan, Pelita Bagi Para Mantan Pecandu Narkoba.
Personal BLOG | Jika anda dan keluarga anda tidak pernah merasakan atau terjerumus dengan urusan narkoba, bersyukurlah. Karena memiliki keluarga yang sampai terjerumus ke dalam anrkoba pasti sangatlah menderita. Hal ini juga yang pernah dialami oleh seorang dokter bernama Dokter Aisah Dahlan.
Tingginya tingkat peredaran narkoba khususnya dikalangan generasi muda menjadi momok yang sangat menakutkan. Setiap tahun lebih dari 15 ribu nyawa melayang sia-sia akibat konsumsi narkotika dan obat-obatan terlarang.
Dokter Aisah Dahlan, Wanita kelahiran Jakarta, 17 Desember 1968 ini mengalami sendiri dampak dari obat-obatan terlarang ini. Pada tahun 1989, Aisah mendapatkan kenyataan bahwa salah adik bungsunya, Sahril Dahlan, terjerumus ketergantungan obat terlarang, demikian sebagaimana dikutip dari tupperware.co.id.
Sebagai sulung dari lima bersaudara, ia merasa ikut bertanggungjawab atas kondisi sang adik. Terlebih ia memiliki pengetahuan medis sebagai mahasiswa kedokteran. Akan tetapi saat itu, Aisah mengakui belum terlalu paham apa yang harus dilakukan. Sahril akhirnya mendapatkan pertolongan di salah satu klinik rehabilitasi terkenal di Malaysia.
Meskipun mengalami kesembuhan, pihak keluarga termasuk Aisah diingatkan bahwa bekas pecandu akan beresiko terjerumus kembali ke dalam penggunaan obat-obatan terlarang apabila mengalami depresi yang membuat semangatnya terpuruk.
Peringatan ini menjadi kenyataan ketika Sahril tidak mampu menghadapi cobaan usahanya ambruk. Kembali Aisah tampil mencoba menyembuhkan keterpurukan Sahril.
Perjalanan hidup menuntun Aisah dalam lingkaran para pengguna narkoba. Tidak hanya dalam lingkungan keluarga, ketika bekerja pun kembali ia harus menghadapi para pecandu. Di RS Harum Kalimalang ia diminta mengelola unit khusus yang menangani korban narkoba.
Ia lalu mendirikan paguyuban yang diberi nama ‘Sahabat Rekan Sebaya’ (SRS). Paguyuban ini berisi kelompok pecandu dan keluarga yang pernah ia tangani. Selanjutnya paguyuban ini berubah menjadi ‘Yayasan Sahabat Rekan Sebaya’ (YSRS) yang kini dikenal sebagai satu dari sedikit komunitas yang menyediakan pelatihan bagi bekas pecandu yang sudah selesai menjalankan rehabilitasi.
Dari pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, Aisah mengembangkan metode guna mengentaskan dan membebaskan para pecandu narkoba dari ketergantungan. Ada tiga tahap yang harus dilalui para pecandu yaitu: detoksifikasi, rehabilitasi, dan fase after care.
Yang membedakan metode Aisah dengan lainnya adalah besarnya porsi peran komunitas termasuk keluarga yaitu mencapai 90%.
Kepeduliannya tak berhenti hanya sampai “membebaskan” mereka dari narkoba, namun sekaligus membantu mereka menata kembali kehidupannya. Ia mencoba menumbuhkan kembali kepercayaan diri dengan menciptakan lapangan pekerjaan yang dapat membentuk mereka menjadi pribadi-pribadi yang mandiri.
Aisah menggagas adanya beberapa unit usaha yang menjadi tempat pelatihan kewirausahaan bagi para mantan pecandu narkoba. Bagi para mantan pecandu yang ingin menolong sesama rekannya yang masih terpuruk dalam ketergantungan obat dapat bekerja menjadi peer counselor.
Sedangkan mantan pecandu yang berminat wirausaha dapat terjun ke dalam berbagai unit usaha seperti multimedia, entertainment, event organizer, laundry, perbengkelan, dan peternakan kelinci.
Dalam upaya pemberdayaan ini, untuk mereka yang masih dalam tahap awal penyembuhan, Aisah punya cara tertentu. Mereka diarahkan untuk bekerja yang tidak langsung berkaitan dengan pengelolaan uang seperti menjadi bendahara atau kasir.
Berjuang untuk dapat kembali diterima masyarakat bukanlah hal yang mudah bagi para mantan pecandu. Beruntung masih ada sosok yang peduli dan berusaha membangkitkan kemandirian dan kepercayaan diri mereka di tengah cibiran dan pandangan sebelah mata dari masyarakat. Sosok itu adalah Dr Aishah Dahlan yang inspirasi kegigihannya patut kita teladani.