Terima kasih sudah berkenan Bantu Share
Benarkah Jokowi Akan Berani Ambil Alih Freeport?
Di beberapa tulisan saya yang lain, saya sering menegaskan tentang Indonesia yang harus berhati-hati terhadap penjajahan berkedok “investasi”.
Memang tidak semuanya investasi asing itu buruk selama memang harus berlipat-lipat menguntungkan kita. Walaupun tetap saja akan lebih baik jika kekayaan alam kita dikelola sendiri selama itu memang bisa.
Karena dikhawatirkan jika investasi asing sekarang ini adalah bentuk penjajahan gaya baru yang berkedok investasi. Tentunya hal tersebut sangat berbahaya dan harus dicegah dan diantisipasi.
Kalau kita memahami substansi dari tujuan penjajahan terdahulu diantaranya yang sangat populer dalam berbagai pelajaran sejarah yang saya terima saat itu yaitu Gold, Glory, Gospel, Political point of view.
Dari tujuan utama para penjajah tersebut, hampir semua tujuan tersebut saat ini bisa didapat oleh orang asing dengan cara tidak harus menjajah seperti jaman dulu.
Demikian juga terkait dengan tujuan untuk mendapatkan kekayaan [Gold], maka sebuah negara tidak harus mengangkat senjata dan menggempur habis-habisan negara tersebut sebagaimana jaman dulu. Saat ini, mereka cukup datang dengan baju yang rapi, berdasi dan melakukan lobi dengan berkedok investasi.
Dengan cara berinvestasi, maka orang-orang asing tersebut tidak mungkin disambut dengan bambu runcing atau genderang perang. Yang ada justru para investor asing tersebut akan disambut dan diterima dengan sangat baik. Jika perlu diberikan sambutan khusus dengan jamuan makan yang begitu lezat.
Kondisi ini juga yang sepertinya bisa kita lihat di negeri kita Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saya sendiri juga berfikir, apakah di Indonesia begitu kekurangan orang yang ahli dalam mengelola kekayaan Sumber Daya Alam Indonesia yang begitu banyak ini hingga untuk mengeruk emas kita harus membiarkan freeport yang terus menerus mengeruk emas kita di bumi Papua?
Atau jangan-jangan pejabat-pejabat penentu kebijakan kita belum tahu kalau emas itu termasuk barang berharga yang memiliki nilai jual tinggi dan jadi rebutan di seluruh penjuru dunia, sehingga membiarkan freeport untuk mengelolanya?
Atau jangan-jangan memang mental mereka yang lebih suka terima beres pajaknya saja daripada harus repot-repot ngurusin sendiri?
Yah, masih banyak sekali pertanyaan membuat kita harus terus selalu mengelus dada dengan kondisi yang terjadi sekarang.
Saya sendiri yang begitu jauh dari bumi Papua, merasa ikut gregetan banget rasanya melihat kekayaan emas bangsa ini harus dikeruk habis-habisan selama berpuluh-puluh tahun oleh orang asing. Mungkin tidak berlebihan juga ketika sampai ada orang Papua yang melakukan perlawanan karena tentunya pasti gregetan banget melihat sendiri kekayaan yang begitu bernilai di tempat lahir mereka justru setiap hari dikeruk habis-habisan oleh orang asing. Sedangkan orang-orang di Papua justru begitu mudah kita temukan kabar duka dan serba keprihatinan atas nasib mereka.
Sekarang ini baru-baru saja mendengar sebuah ulasan khusus dari CNN Indonesia terkait kabar jika Jokowi ingin menguasai Freeport. Ada rasa bahagia ketika membaca berita tersebut. Namun saya termasuk orang yang paling tidak suka dengan bahasa pemberitaan yang dimulai dengan kata “AKAN dan INGIN”, terlebih jika ucapan “AKAN dan INGIN” itu diucapkan oleh para politisi, saya sama sekali tidak akan percaya.
Saya baru akan percaya kepada para politikus dan pejabat negara jika membaca berita yang didalam beritanya sudah tersebut dengan kata “SUDAH DILAKUKAN”.
Jadi kalau sikap saya sendiri ya hanya menunggu dan coba saja kita lihat, apakah keinginan Jokowi itu benar-benar hanya janji dan keinginan yang terucap darinya atau memang benar-benar akan dibuktikanya dengan cara dan hasil yang nyata. Kita lihat dan tunggu saja!